aku ingin mencintaimu dengan sederhana. tanpa filsafat. tanpa matematika. tanpa rumus fisika. tanpa teori apa saja yang membuat siswa berhenti sekolah.
2/
aku ingin mencintaimu dengan sederhana. tanpa kata-kata. tanpa bahasa. tanpa apa saja yang kita sebut sebagai cara menyampaikan keluh dan kesah. tanpa apa saja!
3/
aku ingin mencintaimu dengan sederhana, kekasih. tapi nyatanya kau terlampau rumit. lebih rumit dari filsafat. lebih rumit dari rumus matematika, fisika atau rumus kehidupan apa saja yang membuat orang-orang bumi lupa di mana kaki mereka berpijak.
“kepada siapa, kekasih? — tunggu, aku ingin menebaknya. apa kau akan mengatakan ‘aku sedang rindu namun tidak sedang mengetahui kepada siapa rindu akan dilabuhkan?’ Kau biasa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban semacam itu, bukan ?! ”
“aku akan memberi jawaban yang lebih buruk atau (malah) lebih baik bagimu. aku sedang rindu kau, ”akuanku.
dan kau nyaris membunuhku dengan sebaris pisau: “i miss you even more.”
hari senin selalu menjadi hari yang menyebalkan untuk melanjutkan hidup
seperti kekalutan kisah cinta yang kita rajut
semakin dekat, erat memuai pucat
sepucat tembok putih luruh, karena terlampau tua tuk sekedar menghitung usia dan menyembuhkan kantuk
2/
satu, atau dua — atau lupa berapa jumlah kancing baju yang terjatuh
kau menariknya dengan tergesa-gesa
awalnya kau bilang, kita akan bercinta setelah aku membacakan tiga dongeng terjemahan kesukaanmu: aku adalah penerjemah dari cerita yang tidak pernah ada sebelumnya
tapi kau keburu renta, menjadi rentan — tak tahan
3/
aku tetap menunda
sampai dongeng yang kubaca telah usai dan kau resah
kau mengerti dan ingin menjadi Alamanda, tapi aku tidak ingin memahami apa-apa
ternyata lelaki tidak seperti wanita — tetap perawan kapan saja.
4/
setelahnya, kau tetiba marah dan benci
—dongeng kubacakan adalah tentang kau yang tidak lagi!