Sebuah Surat Cinta

Sebuah Surat Cinta

Sebuah Surat Cinta

Andi Alfian
Photo by Andrew Dunstan on Unsplash

aku hanya ingin mengatakan: mengapa aku seringkali melakukan hal bodoh? aku sendiri sebetulnya tidak tahu jawabannya. barangkali, jika aku masih waras, aku mungkin tidak menyebutnya jatuh cinta. tapi bukan itu, aku hanya ingin mengatakan:

1/ awal maret, kita berpisah, ketika kau buru-buru pulang karena seseorang menunggumu di perwakilan. di perjalanan pulang setelah mengantarmu, aku menebak hari kepulanganmu. tapi ternyata tebakanku salah, kau tinggal lama, aku menunggumu.

2/ akhir maret, aku memutuskan pulang kampung, sepertinya menunggu adalah pekerjaan lebih berat, aku harus mengalihkan perhatianku. aku pulang kampung, tapi karena merindukanmu, aku harus memutuskan untuk segera kembali, meski berat. aku kembali. untuk bertemu denganmu.

3/ awal april, aku kembali dengan satu harapan, semoga bisa bertemu denganmu. sulit sekali melalui masa-masa sendiri bagi orang yang dilanda cinta, untuk tidak mengatakannya “bagi yang bucin”. ya, aku seperti mengalaminya, ini buruk sekali. tapi aku tidak akan melanjutkannya kebiasaan ini sampai nomor 9.

4/ akhir april, kita tidak bertemu, kau malah lebih banyak menghindar. selain karena pandemi, kau juga sepertinya memutuskan untuk hijrah, bulan ramadan memang punya cara yang baik mengubah kita. kau lebih menarik diri, aku maklum. semua akan berubah.

5/ awal mei, kau tentu baik-baik saja, berpuasa dengan keluarga. aku berusaha keras mengalihkan pikiranku yang selalu tahu jalan menuju kau. aku senang melakukannya, tapi aku tahu, itu mengganggumu. jika itu terus-menerus kulakukan akan buruk padamu, mungkin juga padaku.

6/ akhir mei, banyak hal yang berubah, tepatnya kau berubah. aku merasa bahwa hubungan jarak jauh lebih membutuhkan banyak perhatian, tapi aku harus menanggungnya sendiri. aku masih menunggu. aku menelan pahit yang berkali-kali telah kutelan. aku kesepian di tengah hari raya. aku maklum, aku sebaiknya menerima.

7/ awal juni, kau berubah, lebih cuek. aku selalu mengerti, karena akulah yang bucin, aku menyesal pernah menonton drama atau membaca buku romantis. film dan buku semacam itu membuatku tanpa sadar melakukan hal bodoh: bahwa mencintai kau harus mengorbankan semuanya, padahal omong kosong. kenyataan jauh lebih pahit.

8/ masih di awal juni, aku masih menunggumu. suatu hari, kau datang, lalu pergi kembali, seolah-olah aku sedang baik-baik saja. aku harus kembali, ke laga pertempuran, meskipun badanku telah memar, luka-lukaku sudah mulai membusuk, tapi aku harus kembali ke pertempuran, melawan apa yang seharusnya jadi temanku.

9/ akhir bulan juni…

Makassar, 12 Juni 2020.
Load comments