24 Jam Bersama Kesialan

24 Jam Bersama Kesialan

 24 Jam Bersama Kesialan

Andi Alfian
Photo by Lukas Blazek on Unsplash

Rabu, 29 April 2020.

12:12.

Umur bisa mengajari kita banyak hal. Tapi tidak semua hal bisa dipelajari dengan mudah. Kadang kita harus menghabiskan umur lebih banyak untuk mempelajari satu hal saja. Itulah mengapa orang-orang seringkali gagal menemukan makna hidupnya, sebab, umur mereka belum cukup mengajari mereka tentang hal tersebut, serta mereka juga tidak cukup sabar menghabiskan umur mereka untuk belajar. Setidaknya, itulah yang bisa saya katakan “berhasil saya pelajari” dari umur saya yang masih segini.
Curhatan Buat Sahabat Saya yang Tidak Lolos SNMPTN

Curhatan Buat Sahabat Saya yang Tidak Lolos SNMPTN

Curhatan Buat Sahabat Saya yang Tidak Lolos SNMPTN


Photo by CHUTTERSNAP on Unsplash

Tulisan ini bertujuan untuk menghibur dan mengobati rasa sakit, rasa kecewa, rasa kesal, dan rasa menyedihkan lainnya. Terutama bagi teman-teman yang merasakan rasa yang demikian setelah melihat pengumuman hasil SNMPTN 2017. Saya tahu kok, apa yang kawan-kawan rasakan, apa yang adik-adik rasakan.

Saya juga pernah merasakan demikian, meskipun mungkin rasa kita berbeda. Nah, rasa yang saya rasakan setelah melihat pengumuman hasil seleksi SNMPTN tahun 2016 akan terungkapkan di tulisan ini, meskipun rasa itu tidak semurni yang dulu dan tidak banyak kok yang akan saya tulis.

Sebelumnya, saya termotivasi menulis artikel tentang pengalaman saya ini dikarenakan saya memiliki sahabat dan beberapa adik kelas yang lulus dan ada juga yang tidak lulus SNMPTN 2017. Dengan kata lain, tulisan ini teruntuk sahabat dan adik-adik saya. Ya, terkhusus lagi buat sahabat saya. Apalah arti sahabat jika tak ada manfaat yang bisa dipetik dari persahabatan.

Sebagaimana yang diungkap oleh seorang psikolog klinis dan psikoterapis Henny Wirawan bahwa ada sejumlah keuntungan memiliki sahabat yaitu diantaranya “memiliki sahabat adalah salah satu kekayaan batin manusia. Persahabatan menjadikan manusia lebih sehat mental, karena di dalam persahabatan setidaknya dua orang dapat berbagi, yaitu barbagi suka maupun duka, berbagi cerita maupun materi,” seperti itulah yang diungkapkan psikolog Henny Wirawan tentang sahabat.

Itulah manfaat sahabat. Kemudian, untuk apa ada sahabat jika tidak saling berbagi, buat apa ada sahabat jika tidak ada curhatan sesama sahabat, hehe. Di dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2012, curhat juga mampu mengaktifkan bagian intrinsik otak yang berkaitan dengan penghargaan. Yaitu bagian yang memperbaiki mood serta meringankan stress. Bagian ini akan memproduksi perasaan seperti penghargaan, hasrat dan kepuasan. 

Setelah mengetahui manfaat dari sahabat dan curhat maka saya ingin menulis sedikit curhatan untuk sahabat saya, semoga ia bisa membalas curhatan ini di blognya pula. Supaya sahabat saya bisa menulis lagi, meskipun tulisan galau.

Hari itu adalah hari diumumkannya hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) se-Indonesia tahun 2016. Saya masih ingat. Siang itu, tepat lima menit menjelang jam 3 sore. Sorakan terdengar mengalahkan teriakan-teriakan unjuk rasa reformasi 1998. Sorakan ini terdengar dari kawan-kawan saya yang lulus SNMPTN.  

Saya merasa biasa saja, tiada gejala yang menandakan ada kesedihan. Padahal setelah membuka membuka portal pengumuman, di sana tertulis “Maaf, Anda tidak lulus”. Hati saya seketika rapuh, bahkan remuk (tak ada kata yang mampu mewakilinya). Mungkin saja kata itu terlalu lebay. Tapi kan namanya juga curhat, hehe.

Ya, bahkan masih segar dalam ingatan saya. Hari itu, tiada harapan yang melebihi harapan kelulusan. Segala usaha dan doa telah saya limpahkan demi mewujudkan impian saya. Saya bahkan selalu optimis sebagaimana yang dikatakan pepatah orang dulu tiada keberhasilan tanpa keyakinan.

Namun kini, saya sadar bahwa saya salah, keyakinan bahkan tak cukup tanpa usaha.  Kini saya sadar, tidak semuanya yang kita harapkan mampu tercapai. Kini saya sadar bahwa saya salah menyalahkan segala hal selain diri saya. Kini saya sadar tidak jaminan bagi harapan seorang manusia terhadap dirinya sendiri selain seizin-Nya.

Ingatlah bahwa segala yang kita dapatkan adalah balasan atas seberapa besar daya, upaya, usaha, dan ikhtiar yang telah kita lakukan. Saya pun tersadar bahwa selain harapan saya yang indah ada rencana Tuhan yang lebih indah.

Untukmu kawan, untukmu sahabat, terutama yang galau. Tiada kata yang tepat untukmu selain kata, Bangkitlah! SBMPTN dan jalur lain menunggumu! Kesuksesan bukan hanya jalur SNMPTN.

Warning: Saya juga pernah terpuruk, tapi akhirnya bangkit lagi. Ayo, bangkit!
Bunga Tidurku Mengenangmu

Bunga Tidurku Mengenangmu

Bunga Tidurku Mengenangmu

Photo by Kate Stone Matheson on Unsplash

Masih segar dalam ingatanku, setahun yang lalu. Di atas ranjang, tengah malam yang gelap, aku memikirkan jalan hidup bersamamu yang kian entah ke mana. Seakan untuk hidup bersamamu terlalu abstrak untuk dipikirkan.

Hanya kerinduan dan harapan yang tak kunjung menjadi kenyataan. Harapan ini menjadi derita bagiku. Derita bagaikan bunga di hari-hariku. Bunga yang selalu mekar seakan tak pernah layu dalam menemani penjalanan usiaku.

“Aku bosan hidup,” kataku sambil membalikkan badanku. Mataku tidak tertarik untuk terpejam, ia merasakan rintihan dan keresahan yang ada di hatiku.

Seketika itu, terasa getar notifikasi dari ponsel cerdas yang ada di sampingku. Lalu Aku meraih ponsel itu dan memeriksanya. Ternyata itu pesanmu.

Pesan yang membuat aku rela menantimu sampai akhir usiaku.

“Izinkan aku mencintaimu seumur hidupku”. Itulah isi pesan yang engkau kirim padaku.

Malam ini, aku merindukan malam itu. Aku pun kembali menunggu pesan itu darimu. Meskipun aku tahu, tidak akan ada lagi mendapatkan pesan darimu, semenjak kepergianmu sebulan yang lalu.

Pergi bersama wanita yang lebih cantik adalah pilihanmu. Wanita yang berambut panjang, berkulit putih, tingginya kurang 15 cm dari tinggi badanmu, dan lesung pipinya yang memikatmu. Aku tahu, aku sangat beda dengannya.

Untuk mengenangmu, aku menuliskan beberapa kata tentangmu di note yang ada di ponselku seperti ini:

Masihkah engkau mengingat kisah kita? Aku sangat merindukan harapan yang telah engkau ungkap kala kita makan malam di Cafee Arafaa. Nampaknya aku masih mengingat nama kafe itu. Lagian, bagaimana mungkin aku melupakan kafe seribu cerita itu.

Aku masih ingat. Kerlap-kerlip lampu dan alunan musik koplo menjadi pemikat di kafe itu. Kau sangat suka menghabiskan malammu di sana. Itulah yang kau katakan padaku, di saat kau mengajakku ke sana.

Aku masih ingat. Malam itu, kau memegang tanganku. Seraya tersenyum padaku kau seruput kopi pahit kesukaanmu. Keningmu naik, seakan pahit kopi itu menelan manisnya senyummu.

Aku masih ingat. Kau menarik dan menghembuskan napas panjang dan memandangku dengan mata indahmu. Lalu kau bersabda padaku memintaku menatap matamu. “Izinkan aku mencintaimu selamanya,” katamu padaku.

Hanya itu yang aku tuliskan di note ponselku. Aku lelah mengingat semua itu dan memutuskan untuk tidur dan melupakanmu.

Pagi hari, kau datang melamarku. Ternyata dirimu kembali dari rantauan dan membawa bunga cintamu yang dulu. Bunga yang selalu memberikanku harapan dan kekuataan hidup di tengah derita yang kian tak berujung.

Pagi itu pula, aku ingin menikah denganmu. “Aku ingin menikah denganmu asalkan kau mau berjanji tidak meninggalkanku lagi,” kataku padamu. Kau menganggukkan kepalamu dan memelukku dengan erat.

Kita pun menikah.

Kau tak pernah mengira kita akan tidur dalam satu kamar, itulah yang kupahami dari ucapanmu malam pertama kita. Padahal semua itu adalah impianku.

Akhirnya, aku kembali menikmati sentuhan lembut dari kulitmu, bercinta denganmu hingga seluruh kekuatanku tak tersisa. Di tengah asyiknya percintaan kita, kau mengambil pakaianmu.

“Kau ingin ke mana?” Tanyaku.

“Aku ingin pergi, aku bosan bercinta denganmu,” katamu padaku dan beranjak pergi .

Di tengah tangisan yang tanpa henti aku tertidur. Hanya satu harapanku malam itu yakni berharap engkau kembali.

Alarm pun bernyanyi dengan alunan dering yang membangunkanku. Aku berbalik ke samping kanan, lalu ke kiri, kau tak ada di sana. Kau kembali meninggalkanku.

Ketika kubangunkan badanku, aku pun tersadar, ternyata semua itu hanyalah bunga tidurku.

Cerita ini pernah dipublikasikan ulang oleh Komunitas ReadPublik di readpublik.com, 7 April 2017.
Jalanku Menuju Dunia Literasi

Jalanku Menuju Dunia Literasi

Jalanku Menuju Dunia Literasi

Andi Alfian
Photo by Dmitry Ratushny on Unsplash

Hari ini, masih hari libur. Aku duduk di atas kursi sebagaimana hari-hari libur sebelumnya. Layar selebar 14 inch kembali menatap wajahku. Kemarin aku ikut kelas literasi di Paradigma Institute. Mungkin hal itu yang membuatku bersemangat untuk menulis.