24 Jam Bersama Kesialan
blog stories24 Jam Bersama Kesialan
Photo by Lukas Blazek on Unsplash |
Rabu, 29 April 2020.
12:12.
Umur bisa mengajari kita banyak hal. Tapi tidak semua hal bisa dipelajari dengan mudah. Kadang kita harus menghabiskan umur lebih banyak untuk mempelajari satu hal saja. Itulah mengapa orang-orang seringkali gagal menemukan makna hidupnya, sebab, umur mereka belum cukup mengajari mereka tentang hal tersebut, serta mereka juga tidak cukup sabar menghabiskan umur mereka untuk belajar. Setidaknya, itulah yang bisa saya katakan “berhasil saya pelajari” dari umur saya yang masih segini.
Umur saya masih 20 tahun, setidaknya, bulan Agustus nanti akan bertambah setahun lagi. Apakah saya bisa dianggap belajar pada usia saya yang “segitu”, jika yang saya pelajari ternyata tidak seberapa dan tidak sebanyak yang mungkin saya harapkan? Saya suka membaca buku hanya karena saya tidak punya kemampuan lain yang bisa saya lakukan selain melakukan pekerjaan itu. Alasan lain, karena saya tidak terlalu pandai belajar. Mungkin karena saya sudah terbiasa membantah kepada orang tua saya sejak kecil. Kau mungkin berpikir bahwa tidak ada hubungan antara kemampuan belajar dan kebiasaan membantah orang tua sejak kecil.
Awalnya, saya juga berpikir seperti itu, tapi ternyata saya salah. Cara saya membantah orang tua saya mengajari saya banyak hal yang sebetulnya juga sangat menghalangi saya memahami banyak hal yang lain. Ini terdengar sulit, tapi setidaknya saya menikmatinya. Saya benar-benar menikmatinya. Jika saya tidak menikmatinya, saya mungkin tidak melakukannya sejak kecil. Bukankah itu cukup jadi alasan?
[Saya sedang berpuasa, saya harus hemat mengeluarkan kata-kata.]
Rabu, 29 April 2020.
12:34
Saya berhenti sejenak karena saya berpikir: mengeluarkan banyak kata-kata bisa membuat puasa seseorang sia-sia. Tapi begitulah kehidupan bekerja, kau diperintahkan berpuasa, yang berarti menahan segala sesuatu agar tidak berlebihan, tapi kau harus tetap melakukan hal-hal baik secara berlebihan pula. Jadi, setiap orang diberi kewajiban untuk menahan segala sesuatunya agar tidak berlebihan, tetapi pada saat yang sama pula, ada dorongan yang kuat untuk melakukan hal yang berlebihan. Dan jika mereka turut melakukannya, mereka akan gagal berpuasa, dan jika mereka berpuasa, mereka akan gagal melakukan yang lainnya.
Hal yang ingin saya sampaikan pada fakta itu bahwa kita punya dua kesempatan sekaligus, kita tidak bisa memilih kedua-duanya. Antara membantah orang tua atau belajar dari hidup seperti orang dewasa. Masih terdengar sulit? Akan saya jelaskan lebih mudah. Membantah orang tua adalah pekerjaan anak kecil. Jarang sekali orang dewasa melakukannya (meskipun ada orang dewasa yang suka sekali melakukannya). Karena orang dewasa lebih pandai belajar pada umurnya. Jadi, kesimpulannya, ada dua pilihan semasa kecil, menjadi anak yang membantah orang tua atau belajar menjadi orang dewasa secepatnya.
[Sebetulnya anak kecil belajar untuk jadi orang dewasa, tapi orang dewasa tidak belajar apa-apa. Itu penyebab orang dewasa jauh kekanak-kanakan daripada anak kecil.]
Rabu, 29 April 2020.
14:16.
Ketika saya memiliki keinginan besar untuk melakukan sesuatu, hal pertama yang juga selalu datang mendahului keinginan itu adalah saya malas melakukannya. Saya punya banyak cara menginginkan sesuatu dan tak ada cara lain yang bisa saya gunakan untuk melakukan sesuatu itu selain tidak melakukannya sama sekali. Buat apa melakukan sesuatu yang belum sama sekali kita lakukan? Buat apa melakukannya untuk masa depan sedangkan kita hidup di masa sekarang? Masih ada waktu, bukan? Dan alasan sundal yang lain.
Kau pasti mengerti bahwa yang saya maksud adalah saya pemalas, suka menunda. Saya selalu suka melakukannya, meskipun itu adalah kebiasaan yang paling saya tidak suka. Seperti itulah kenyataannya, sesimpel itu. Tapi apakah kita tidak pernah berusaha memandang hal semacam itu sebagai hal yang rumit? Barangkali, kita sudah terbiasa menganggapnya simpel, padahal itu tidak simpel sama sekali, malah jauh lebih rumit. Bagaimana mungkin kau menyukai sesuatu yang sama sekali tidak kau sukai secara bersamaan?
Saya tidak tahu apakah cara saya salah dalam mengatakannya, tapi yang saya tahu, saya benar-benar mengatakan sesuatu yang sebetulnya terjadi pada saya.
Saya mencoba mengulanginya, saya ingin mengatakan bahwa saya seringkali menemukan dorongan yang besar untuk menunda melakukan sesuatu di saat saya ingin sekali melakukannya dengan segera. Suatu kenyataan bahwa kau tidak bisa mengontrol dirimu sendiri bahkan hanya untuk melakukan hal yang sebetulnya dirimu sendiri inginkan. Ini seperti, kau ingin sekali makan bakso tapi mulutmu tidak mau membuka dirinya sama sekali.
Dari pelajaran-pelajaran semacam itu, saya jadi percaya bahwa orang-orang produktif adalah orang-orang yang memiliki bakat yang berlebihan dalam hal memaksa diri mereka sendiri. Mereka adalah orang-orang yang bisa memaksa diri mereka untuk melakukan sesuatu yang mereka sendiri sebetulnya ingin dan tidak ingin mereka lakukan secara bersamaan. Mereka pandai mengajari diri mereka sendiri bertarung dengan diri mereka sendiri yang lain sehingga yang kalah dari pertarungan itu adalah diri mereka sendiri yang keinginannya tidak mereka lakukan. Begitulah!
Setiap hari adalah pertarungan diri kita sendiri. Antara keinginan melakukan sesuatu yang kita inginkan dan keinginan untuk tidak melakukannya. Pada akhirnya, kita yang berdiri hari ini adalah diri kita yang menang berkali-kali. Kita adalah pemenang, sekaligus yang pernah kalah dari diri kita sendiri yang lain.
[Saya tahu kau juga sedang berpuasa, jadi kusudahi saja.]
Rabu, 29 April 2020.
19:14
Saya akan menyambung pikiran sebelumnya soal orang produktif adalah orang yang bisa memaksa dirinya sendiri. Sebelum melanjutkan catatan ini, tadi sore, saya mandi, saya memikirkan persoalan ini. Saya pikir, apa yang saya maksud dengan “orang yang produktif adalah orang yang punya kemampuan besar dalam memaksa dirinya” butuh sedikit tambahan penjelasan. Bahwa memaksa diri bukan hanya persoalan pribadi. Bukan hanya soal saya memaksakan diri saya karena saya yang menginginkan hal tersebut.
Sebab, ada penyebab lain. Misalnya saja, saya terpaksa oleh kondisi ekonomi dan sosial di sekitar saya. Banyak sekali orang yang terinspirasi karena kondisi semacam ini.
Orang-orang tidak bisa makan karena orang tuanya miskin, mereka harus keluar ke jalanan, mencari kepastian dalam ketidakpastian. Mencari sesuatu yang bisa memberinya makan sedangkan makanan tidak untuk mereka. Betapa hal-hal di luar kendali kita. Sialnya, kita bertingkah seperti kita punya kendali atas segalanya. Siapa yang benar-benar punya kendali sepenuhnya atas kehidupan?
[Saya harus berhenti di sini, sebelum kesialanku bertambah.]