Apakah Saya Berbohong?
Andi Alfian Filosofi Filsafat Gumam Opini
Hari ini saya merasa bersalah pada diri sendiri. Entah. Saya merasa harus meluangkan waktu untuk untuk memikirkannya.
(Beberapa menit kemudian)
Ok. Saya merasa bersalah (mungkin) karena saya telah menghancurkan diri saya yang different. Tapi, bukankah setiap manusia diciptakan berbeda? Ya, maksud saya: saya telah melakukan sesuatu yang menurut saya—setelah memikirkannya dengan seksama—adalah buruk bagi pembentukan kepribadian saya yang otonom.
Sebelum menjelaskan apa yang saya maksud dengan hal buruk itu, saya ingin bertanya pada diri saya sendiri: apa yang dimaksud dengan menjadi diri sendiri? apakah segala keputusan dan tindakan saya selama ini benar-benar didasari oleh pikiran dan keinginan saya sendiri atau malah sebenarnya orang lain yang membentuk dan mempengaruhi saya dalam berpikir dan bertindak?
Saya memikirkannya. Saya ingin mengakui bahwa, akhir-akhir ini, “saya tidak menjadi diri sendiri”. Ada beberapa keputusan dan pilihan yang saya pilih bukan karena benar-benar pilihan saya. Sehingga, sebagai akibat, saya tersiksa karena harus menjadi orang lain dalam tubuh saya sendiri. Saya menyadarinya. Dan kesadaran ini, sepertinya, benar-benar penting.
Dalam memilih—atau mengambil keputusan—saya seringkali mempertimbangkan: apa yang akan orang lain katakan about me? Apa yang akan dikatakan teman saya soal saya? Apa yang akan dikatakan pacar saya soal saya?
Sehingga, konsekuensi dari pikiran atau asumsi semacam ini adalah, saya, akhirnya, selalu merasa tidak enak menolak sesuatu, merasa tidak enak memutuskan sesuatu. Dan itu berarti, akan semakin berat untuk menjadi diri sendiri.
Menurut saya, hal ini (mungkin) dikarenakan oleh dua asumsi dilematis. Pertama, pandangan negatif kita terhadap diri sendiri. Kedua, ketakutan kita terhadap asumsi negatif orang lain terhadap kita. Kedua asumsi ini bertarung dalam benak kita, dalam tubuh kita.
Sehingga, pada kesempatan yang sama, kita akhirnya mengalami kegagapan independensi, atau keterombangambingan. Kita mengalami kekaburan preferensi antara memilih mengatakan sesuatu yang sebenarnya dengan kemungkinan dipandang negatif, atau mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya (hasil rekaan) dengan kemungkinan terlihat positif di mata orang lain.
Karena kita telah memiliki asumsi negatif pada diri sendiri, maka kemungkinannya lebih lebih besar jika kita akan memilih pilihan yang sebenarnya bukan atas dasar keputusan pribadi yang otentik. Tetapi, atas dasar pertimbangan di luar diri atau orang lain atau asumsi lain yang mendorong kita menghasilkan rekaan.
Dalam pengertian ini, saya mengakui—dengan bahasa yang lebih kasar—bahwa saya telah berdusta selama ini. Saya, anda dan (mungkin) semua orang, telah berdusta pada diri sendiri. Pada titik inilah, kesadaran saya membuat saya merasa bersalah. Ternyata, saya—di banyak hal—adalah pembohong.
Apa kamu akan menerima pengakuan saya ini? Apa kamu akan membantu saya mengubah kebiasaan buruk itu?
It’s me, and i hope you can help me to changes my self.