Mengapa Kata Cinta Dianggap Lebay?

Mengapa Kata Cinta Dianggap Lebay?

Kolom Tanya, Andi Alfian
Apa defenisi dan makna kata Cinta?

Di dalam Filsafat Cinta yang pernah dikemukan oleh kanda Sainal, salah satu mahasiswa Aqidah Filsafat UIN Alauddin mengatakan bahwa cinta adalah suatu hal yang tak dapat didefenisikan. Sebab ketika kita mendefenisikan cinta maka semakin jauh defenisi itu dari cinta yang sebenarnya. Kanda Sainal juga memberikan kesamaan kategori antara kata cinta dengan kata ilmu dan kata ada. Kata Ilmu misalnya, menurut kanda Sainal kata Ilmu tak dapat didefenisikan karena untuk mendefenisikannya kita membutuhkan Ilmu.

Ketiga kata tersebut merupakan kata yang tak dapat didefenisikan. Mendengar kalimat tersebut membuat saya bertanya, lantas bagaimana kita memahami kata tersebut jika tanpa pendefenisian? Atau bahkan kita hanya butuh memahami bukan mendefenisikan? Atau pertanyaan yang lebih spesifik seperti apa hubungan pemahaman kita terhadap kemampuan kita mendefenisikan? Semoga kak Sainal bisa menjawab hal tersebut melalui kolom komentar.

Apa defenisi dan makna kata Lebay?

Menurut Aulia Rahmadani, narasumber yang mungkin terjebak dalam paksaan penulis untuk berkomentar mengenai pertanyaan ini. Karena menurut penulis ia memiliki banyak pengalaman bertemu orang-orang lebay di sekitarnya. “Maaf, saya mungkin menggunakan kalimat lebay sebagai contoh bahwa seperti itulah kalimat lebay”☺. 

Aulia mengatakan bahwa kata Lebay merupakan kata yang berasal dari bahasa Alay. Bahasa Alay ini sendiri merupakan bahasa anak muda. Ia juga menjelaskan bahwa kata lebay merupakan bentuk lain dari kata “terlalu” dalam bahasa Indonesia, juga merupakan bentuk lain dari “Too Much” dalam bahasa Inggris. “Lebay itu kata sifat, Alay itu kata benda”, tulis Aulia saat di tanya di WhatsApp.

Dalam beberapa artikel yang pernah saya baca bahwa Alay itu dapat diartikan sebagai Anak Layangan (Alay). Jika anda pernah mendengar lirik lagu berikut maka anda mungkin paham makna kata Alay :

“Alay, anak layangan… Nongkrong pinggir jalan sama teman-teman, biar keliatan anak pergaulan yang doyan kelayapan….”

Jika kita bertolak pada lirik lagu di atas, kata Alay dapat bermakna anak kampungan yang berlaku seenaknya atau berlebihan. Hal itu juga dijelaskan oleh Aulia bahwa kata atau tindakan itu akan bermakna lebay apabila ia terletak pada kadar “terlalu/berlebihan”.

Nah pertanyaan selanjutnya yang lebih inti dan mendalam adalah: Mengapa kata cinta kadang bermakna lebay? dan Apa hubungan pemaknaan kita terhadap cinta yang selalu berujung pada ke-lebay-an.

Nah, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Saya akan kembali mengutip pendapat dari Aulia Rahmadani sebagai narasumber kita pada tema ini. Ketika ditanya kapan kata cinta itu bermakna lebay? Ia menjawab dengan menulisnya seperti berikut :

When I say, I love him, It’s lebay. Except my dad” > Jika diterjemahkan mungkin artinya kurang lebih “Ketika saya mengatakan, saya mencintai lelaki, maka itu lebay. Kecuali ayah saya”.

Mungkin berdasarkan pesan singkat tersebut anda bisa memahami kapan kalimat cinta bermakna lebay. Selanjutnya, berdasarkan defenisi lebay yang jelaskan oleh Aulia pada pertanyaan di atas dapat kita simpulkan bahwa ternyata cinta akan bermakna lebay apabila ia diungkapkan secara berlebihan baik itu lisan dan tulisan maupun tindakan.

Jadi, Apakah kata cinta yang tulus dan mendalam itu juga lebay? atau dengan pertanyaan lan apakah semua cinta bermakna lebay? 

Menurut Aulia, tidak semua cinta bermakna lebay sebab demikian misalnya cinta kita kepada kedua orang tua tidak pernah bermakna lebay meskipun mungkin kita tidak pernah mengucapkan langsung padanya. Namun tindakan yang kita lakukan kadang sangat besar yakni melakukan yang terbaik semata-mata hanya untuk membahagiakannya sebagai cinta kita dan hal itu tidak pernah di maknai sebagai tindakan yang lebay. 

Namun selanjutnya kembali ia mengatakan bahwa letak makna cinta yang lebay itu tergantung pada orang yang memaknai cinta itu. Jadi meskipun kita sebagai orang yang mengatakan cinta tidak berniat lebay, namun karena orang yang mendengarkan kalimat cinta itu bisa saja merasakan dan memaknainya dengan kata lebay. Sehingga muncullah istilah cintamu lebay.

Menurut saya sendiri, cinta memang tidak selamanya lebay. Cinta akan bermakna lebay jika ia masuk dalam kualitas yang dangkal. Masuk dalam kotak-kotak yang membatasi esensi cinta itu sendiri. Salah satu contoh yang membuat esensial cinta itu lebay dan dangkal adalah adanya cinta yang dinuansai pacaran. Nah padahal dengan pacaran inilah wadah cinta itu terkadang terlihat lebay. Ingatlah bahwa ke-lebay-an seorang lelaki terkadang berbanding lurus sama epitumia yang dimiliki.

Namun di lain sisi juga, tidak dapat saya mungkiri bahwa terkadang ada rasa yang kita ungkapkan akan disandingkan dengan makna lebay meskipun bukan dalam kotak pacaran, status galau misalnya. Sedangkan contoh cinta yang tidak bermakna lebay adalah cinta seorang sufi yang memiliki dan memberikan cintanya kepada Tuhannya yang sangat berlebihan bahkan pada taraf non-rasional. Tapi cinta ini tidak pernah dimaknai dengan makna cinta yang lebay.

Jadi kesimpulannya orang akan dianggap lebay jika ia melakukan sesuatu yang berlebihan dan secara normal hal tersebut hanyalah sesuatu yang biasa-biasa saja. Ketika seseorang mengungkapkan cintanya dengan cara yang berlebihan dan tidak seperti pengungkapan cinta secara lazim akan dianggap lebay. Itulah kesimpulan awal saya. 

Tidak jadi soal jika kawan-kawan pembaca dan memiliki kesimpulan yang berbeda. Sebab tulisan ini merupakan opinial-skeptis yang bertujuan untuk memacu pembaca agar lebih berani menarasikan ide yang ada dengan metode skeptis.

Load comments