Mengapa Takut Memilih Jurusan Filsafat?

Mengapa Takut Memilih Jurusan Filsafat?

Photo by Jon Tyson on Unsplash

Tulisan ini terinspirasi dari calon mahasiswa yang bertanya kepada saya tentang apa jurusan saya dan peluang kerjanya ke depan. Semoga dengan tulisan ini bisa memberikan sedikit pencerahan dan gambaran.

Apa itu jurusan filsafat?

Jurusan filsafat itu, yah, jurusan filsafat! Saya tidak akan mendefenisikan jurusan filsafat sebagaimana adanya atau berdasarkan teori besar. Karena segala pengetahuan saya tentang jurusan filsafat bersifat subjektif yang bisa saja berbeda dengan pemahaman pembaca dalam mendefenisikannya. Namun meskipun demikian saya juga tetap menuliskan defenisi filsafat yang saya pahami di bawah ini.

Secara singkat, filsafat adalah ilmu pengetahuan atau jurusan yang membahas tiga hal utama yakni Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi. Pertama, Epistemologi membahas tentang hakikat pengetahuan, keabsahan pengetahuan, bagaimana mendapatkan pengetahuan, dan hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Kedua, Ontologi membahas tentang yang ada, baik ada dalam pikiran, ada dalam realitas, dan ada dalam kemungkinan. Ketiga, Aksiologi yang membahas tentang nilai-nilai dalam segala realitas dan kehidupan. Penjelasan ini bisa juga dikatakan sebagai cabang-cabang filsafat.

Saya juga mengutip pengertian filsafat yang dikemukan oleh Al-Farabi, filsuf muslim yang terdapat dalam Ensiklopedi Islam bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Sedangkan menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu pengetahuan meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

Menurut Reza A.A Wattimena, dosen Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala Surabaya bahwa filsafat bukan sekadar jurusan, bukan pula sekadar mata kuliah. Namun, filsafat merupakan suatu tindakan, suatu aktivitas. Filsafat menurut Reza merupakan aktivitas berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup manusia (apa tujuan hidup manusia, apakah tuhan ada, bagaimana hidup yang baik) dan mencoba menjawabnya secara rasional, kritis dan sistematis.

Sedangkan opini dari Ashar Febriadi (salah satu mahasiswa yang tersesat di jurusan Filsafat Agama UINAM, angkatan 2016) mengatakan bahwa jurusan filsafat itu adalah jurusan yang kompleks karena objek kajiannya sangat luas mulai dari manusia, alam, Tuhan, bahkan sesuatu yang tidak mungkin pun akan menjadi objek kajiannya.

Mengapa takut memilih jurusan filsafat?

Sebenarnya para calon mahasiswa tidak memilih jurusan filsafat bukan takut karena jurusan filsafat itu menyeramkan. Namun ketakutan ini bersumber dari pola pikir calon mahasiswa yang masih sangat dangkal. Menurut Abdul Kamal mengatakan bahwa adanya stigma anak sekolah mengenai pendidikan untuk mencari pekerjaan bukan menuntut ilmu maka dalam memilih jurusan pun stigma ini dijadikan landasan. Sehingga banyak calon mahasiswa yang takut memilih jurusan filsafat karena baginya, jurusan ini sangat langka peluang kerja yang ditawarkan.

Hal itu memang tidak dapat dimungkiri bahwa mayoritas dari calon mahasiswa lazimnya memilah-milah jurusan berdasarkan peluang kerja yang ditawarkan oleh jurusan tersebut setelah sarjana. Pekerjaan memang terkadang membuat kita lupa aspek lain yang mesti dipertimbangkan. Aspek pekerjaan ini menjadi prioritas dikarenakan semua manusia ingin hidup layak dan bahagia, tentunya untuk memenuhi harapan kebahagiaan hidup itu mesti mempertimbangkan cara hidupnya.

Apa manfaat belajar di jurusan filsafat?

Menurut Abdul Kamal (salah satu mahasiswa senior di jurusan Filsafat UIN Alauddin Makassar) bahwa manfaat belajar di jurusan filsafat itu ada dua :

Pertama, manfaat yang secara teoritis yang biasanya bisa dirasakan bersamaan dengan proses berfilsafat. Manfaat ini meliputi metode berpikir yang terarah, sistematis, kritis dan rasional. Selain itu pemaknaan akan hidup lebih substansial, sehingga kita bisa menjalani kehidupan dengan lebih bermakna. Dan juga dengan berfilsafat kita bisa memahami dan mengambil pelajaran dari berbagai pemikir besar terdahulu. Misalnya Plato, Aristoteles, Immanuel Kant, Thomas Aquinas, Derrida, dan lainnya.

Kedua, manfaat secara praktis yang biasanya didapatkan ketika telah menyelesaikan kuliah di jurusan ini. Biasanya manfaat seperti inilah yang menjadi pertimbangan calon mahasiswa baru untuk memilih jurusan. Manfaat ini meliputi peluang kerja atau karir untuk lulusan jurusan ini yakni Ahli Filsafat (Filsuf), Peneliti, Penulis, Dosen, HRD, Konsultan Rekrutmen Perusahaan, Wartawan (Jurnalis), Psikoterapis, dan di Departemen Agama.

Itulah beberapa manfaat dan prospek kerja dari lulusan filsafat. Namun hal itu tidak menjadi ikatan atau batasan buat para mahasiswa dan sarjana filsafat untuk berkarir di berbagai bidang. Sebab, sebagaimana yang lazim terjadi banyak para mahasiswa dan sarjana yang berkarir di luar lingkup jurusannya.

Apa saja kategori mahasiswa yang mendaftar di jurusan filsafat?

Berdasarkan alasan memilih jurusan ini, biasanya akan menunjukkan beberapa jenis mahasiswa filsafat.

Pertama, mahasiswa yang sadar dan tidak merasa tersesat. Mahasiswa yang awal pendaftarannya memang memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang filsafat. Biasanya mahasiswa jenis ini, sebelum masuk di jurusan filsafat juga belum pernah mendengar kata filsafat sehingga bertanya-tanya apa itu jurusan Filsafat. Rasa ingin tahu yang ada membuatnya berminat memilih jurusan tersebut. Atau ada pula yang memang minat di jurusan ini karena sudah mengetahui seperti apa pembelajaran di jurusan ini.

Kedua, mahasiswa yang sadar dan merasa tersesat. Mahasiswa jenis ini merupakan mahasiswa yang pada masa pendaftarannya merasa tersesat. Entah dengan alasan salah pilih, pilihan terakhir, dipilihkan oleh teman, sampai pada alasan “Gengsi, daripada tinggal di kampung mending kuliah saja” di jurusan ini. Sungguh menyedihkan mahasiswa semacam ini.

Namun, menurut saya, mahasiswa filsafat yang memasuki fase-fase semester empat ke atas sudah banyak menyadari begitu pentingnya belajar di filsafat. Kemungkinan manfaat dari pengetahuannya tentang filsafat mulai jelas dalam kehidupan. Namun bagi mereka yang tidak mengetahui makna dan manfaat belajar filsafat sangat sulit bertahan di jurusan ini.

Berdasarkan hal itu, saya sepakat apa yang dituliskan oleh Hernowo dalam bukunya Mengikat Makna, bahwa dalam menanamkan minat membaca dan menulis, hal yang pertama kali kita lakukan adalah bertanya tentang AMBAK. Istilah AMBAK ini di tulis Hernowo sebagai akronim dari “apa manfaatnya bagiku?”

Begitupun dalam memilih jurusan, pertanyaan tentang “apa manfaatnya bagiku?”, harus terjawab sebelum memilih jurusan. Karena dengan mengetahui manfaat dan tujuan kita maka akan menumbuh motivasi tersendiri dalam diri dan tentu pula langkah kita semakin terarah ke depannya.

Load comments