Selamat Hari Natal, Bu!

Selamat Hari Natal, Bu!

Aku tahu bahwa kita berbeda keyakinan, tapi bagaimanapun engkau adalah guruku. Aku tahu bahwa engkau juga tahu kita berbeda keyakinan, tapi tak menghalangimu untuk memberikan kasih sayangmu kepadaku, kasih sayang sebagai seorang ibu pada anaknya.

Aku tahu, di luar tulisan ini, di media sosial, terdapat banyak bertebaran larangan bagiku untuk mengucapkan selamat atas natalan yang engkau rayakan. Dan dari sanalah pulalah aku memiliki alasan mengapa aku harus mengucapkan selamat natal padamu.

Guruku. Masih segar dalam ingatanku, dalam sebuah kegiatan perkemahan engkau pernah membangunkan kami (siswa beragama Islam) untuk melaksanakan salat subuh. Aku tidak tahu, apakah agamamu melarang atau menganjurkan hal tersebut. Tapi yang aku pahami bahwa di balik tindakanmu itu, sesarinya mengandung nilai religiusitas yang tinggi.

Jika berlandaskan pada nilai religiusitas itu, aku ingin mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara kita. Kita hidup di bawah naungan atap yang sama, bahkan kita berlaku baik atas dasar firman yang sama, yakni firman Tuhan. Kita beribadah di ruang yang sama, ruang semesta. Semesta yang menjadi pemersatu bagi kita, semesta menjadi masjid/mushallah bagi kami, dan juga menjadi gereja bagimu.

Betapa aku mencintaimu, menghormatimu, dan menghargai keyakinanmu. Karena kutahu bahwa agamaku mengajarkan demikian padaku dan juga bahkan kupahami bahwa agamamu juga mengajarkan demikian.

Satu hal yang pasti tentangmu, adalah cinta dan kasihmu selalu tegas tergambar di tingkah dan wajahmu di mana pun aku mengadu tentang ketidaktahuanku di lingkungan sekolah. Cinta dan kasih itulah yang menyatukan kita.

Selamat Natal, Bu! Semoga dengan momen natalan ini, kita semua menjadi pembawa cinta kasih, damai dan berkasih bagi dunia. Selamat natal bagi umat nasrani, semoga kehidupan kita semua selalu dipenuhi dengan cinta dan damai.

Untuk guruku, Rini Tangke Datu.

Load comments