Panorama Rindu di Bukit Vandiam

Panorama Rindu di Bukit Vandiam

Gambar diambil dari Makassar Guide.

sore yang belia
di atas bukit vandiam, aku menerawang
angin memainkan serpihan awan
di depannya, langit biru membentang
lautan pun berempati seperti kilau cermin

tatap gunung bak membandingkan kabut dan awan
sesekali kicau burung menculik pandang di mata
hingga hilang dari pelupuk cakrawala

seperti malam menculik senja
seperti cemburu menculik kenangan
seperti rindu menculik harapan
seperti cinta menculik kehidupan

kau juga penculik
menculik cinta yang tak mampu kujadikan milik
meskipun acap kali bergemuruh dan sungguh berisik
tapi aku tak kenal rasa sakit

seperti hujan, tak kenal rasa takut
ia bagai puing air mata ambruk di pinggiran bibir
biarlah rindu menjadi air mata ambruk di bibirmu
agar engkau tahu!
tapi apalah arti, jika engkau tak ingin memahami!

apakah kau ingin memahami rindu?
apakah kau ingin memahami badai yang menyapu semesta?
apakah kau ingin memahami bintang yang menerobos kabut malam?
apakah kau ingin memahami harapan yang lahir dari keputusasaan?
apakah kau ingin memahami rindu yang sibuk merindukan dirinya sendiri?

sayangnya, enggan!
kau memahami dengan enggan
membuat rindu senyap lenyap tak terpahamkan
tapi aku tahu sebuah harapan
harapan kita—aku dan kamu

harapan langit dan bumi menyatu
menghapus cakrawala ketakutan
membasmi panorama kesakitan
hingga pada titik nadir, kau dan aku menyatu
dan terkenang air mata rindu yang pernah berderu!

Makassar, 18 Desember 2017.

Load comments