Beritahu Aku Tuhan yang Sesungguhnya

Beritahu Aku Tuhan yang Sesungguhnya

Beritahu Aku Tuhan yang Sesungguhnya

Andi Alfian
Photo by Vaibhav Sanghavi on Unsplash

Apakah salah mempertanyakan Tuhan?


Jika Tuhan adalah sebuah kebenaran maka izinkan aku menemukannya, karena semua yang aku lakukan hanya untuk menemukan kebenaran. Nah, untuk itu, apakah salah mempertanyakan kebenaran Tuhan? Pada dasarnya kita bisa meyakini suatu kebenaran jika kita mengetahuinya, bukan? Bukankah untuk mengetahui sesuatu hal kita harus mempertanyakannya terlebih dahulu? Berarti secara sepintas tidak salah mempertanyakan Tuhan!

Sebaik–baik pertanyaan tentang kebenaran Tuhan adalah pertanyaan yang ditujukan kepada diri sendiri bukan untuk orang lain. Pertanyaan ini harus melalui proses kontemplasi diri. Satu hal yang harus dipegang yaitu mempertanyakan Tuhan bukan untuk meremehkan Tuhan namun untuk menemukan kebenaran yang hakiki, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS, misalnya.

Siapakah Tuhan sesungguhnya?


Wahai kalian pada pemuja Tuhan yang memiliki keyakinan akan ketuhanan, bisakah engkau menjelaskan padaku tentang makna dan wujud ketuhanan yang ada dalam kehidupanku sehingga aku bisa mengetahui tentang ketuhanan yang kalian yakini?

Aku saat ini merindukan kehadiran Tuhan dalam hidupku namun aku tidak tahu Tuhan yang mana yang mesti aku puja. Tuhan manakah yang mesti aku agungkan? Tuhan manakah yang mesti aku sanjung? Tuhan yang manakah yang bisa membantuku menyelesaikan kesulitan dalam menjalani hidupku? Di mana wujud kebenaran Tuhan dalam hidupku? Mengapa sampai hari ini aku tidak mengenalnya?

Aku tahu bahwa eksistensi Tuhan benar ada melalui sesuatu yang luar biasa di alam ini, tapi semua itu tidak menjelaskan padaku bahwa Tuhan yang benar itu adalah yang ini. Manakah Tuhan yang sesungguhnya, bukankah semua agama memiliki Tuhan yang berbeda? Apakah Tuhan itu banyak? Mampukah Tuhan bermufakat untuk suatu keputusan jika Tuhan itu banyak?

Mengapa kita butuh Tuhan?


Seluruh manusia di muka bumi ini tidak semua memiliki kepercayaan akan Tuhan, tidak semua percaya akan kehadiran tuhan dalam hidupnya. Bagi yang tidak percaya akan kebenaran Tuhan mengatakan bisakah engkau memberikan kepadaku alasan mengapa engkau mempercayai Tuhan yang sama sekali tidak aku rasakan dalam hidupku? Dan mereka yang mempercayai kebenaran Tuhan mengatakan mengapa engkau tidak percaya kebenaran Tuhan yang bahkan Dialah yang menciptakan dirimu dan ketidaktahuanmu tentang-Nya?

Bukankah seorang ateis yang tidak memiliki kepercayaan akan kebenaran tuhan juga mampu hidup layaknya manusia yang percaya akan tuhan? Bahkan ada yang kemudian lebih sukses dan berbahagia dibandingkan mereka yang menyakini kebenaran Tuhan dalam hidupnya. Di manakah letak urgensi Tuhan jika kita dihadapkan pada pernyataan ini, atau bahkan tuhan tidak memiliki pengaruh sedikitpun bagi kehidupan manusia?

Bukankah seorang teisme yang memiliki kepercayaan akan ketuhanan rela memberikan segala hartanya demi wujud pengabdiannya kepada Tuhan, rela menghabiskan hidupnya dalam kesulitan dan penderitaan demi menjalankan perintah Tuhan yang ia yakini. Bukankah ini merupakan keyakinan yang luarbiasa. Pernahkah kita berpikir apa yang menyebabkan mereka melakukan semua ini?

Sekarang pertanyakan kepada diri kita masing-masing: bisakah aku mengenal Tuhan yang mereka kenal?


Untuk mengenal Tuhan pada dasarnya butuh proses komtemplasi, dalam proses inilah kita memulai untuk berusaha menemukan hakikat kebenaran Tuhan yang sebelumnya kita temukan dalam lingkungan keluarga kita.

Saran saya buat teman–teman yang membaca tulisan ini:
Jangan pernah meyakini Tuhan secara buta, bukankah kita ingin memiliki Tuhan yang Maha dari segala-galanya. Ingatlah bahwa Tuhan tidak butuh pemuja, maka kenalilah terlebih dahulu Tuhanmu sebelum engkau menjadi seorang pemuja Tuhan. Jika tidak ada orang yang mampu memperkenalkan Tuhan yang sebenarnya kepadamu, maka kenalilah Tuhanmu melalui dirimu sendiri!
Load comments