Sajak Berantakan Untuk Barang Terlarang

Sajak Berantakan Untuk Barang Terlarang

Photo by NeONBRAND on Unsplash

1/

mari katakan inna lillahiwa inna ilaihi raji’un sebagai pembuka sajak berantakan ini. rapalkansekali lagi, dengan tartil—inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. jika kautakut pindah agama karena kalimat itu, kau boleh menggantinya dengan kalimatperpisahan apa saja yang telah kau kumpulkan seumur hidup. barangkali telingamutelah banyak menyimpan kalimat semacam itu, atau barangkali jilatmu, jidatmu.semoga itu terdengar rumit.

2/

aku hanya ingin membuatmu pusing di beberapa pragraf ini, jika kau takut, kau boleh minggat, segera! tapi jika kau mengira akan baik-baik saja, tetaplah mengeja. a, b, c, d, e, f, g, dan h. kau sudah memulainya. sekarang, jawablah pertanyaanku, berapakah jumlah kalimat yang mampu dimuat oleh kepala? mungkin 2019 tahun jumlahnya?! atau hanya mungkin memuat kata yang sering kita pakai namun tidak pernah kita kenali?! seperti kata ‘sundahlan’ atau ‘selangkangan’. aahhh, dasar!

3/

aku tak peduli betapa kasarnya kalimatku di tempat ini, dan di bagian yang akan datang, aku sungguh tidak peduli! sudah nyaris sebulan aku tidak pernah membuat kalimat kasar dengan sempurna. persetan! semoga kalimat-kalimat semacam ini bisa membuatmu mengerti bahwa membuat kalimat itu susah sekaligus mudah. sesusah melepaskan kabar buruk dari botol susu beruang selepas kita menghabiskan malam panjang di ranjang, tapi semudah mengeluarkan cairan putih yang kelak disebut cairan paling nista oleh agamawan.

4/

aku hanya ingin mengabarimu bahwa kepala abba-mu telah kupenggal jauh sebelum kata penggal dikenal oleh bahasa indonesia. seorang penjual ikan mengucapkan kalimat itu ketika kepada seekor kucing yang melarikan sepotong ikannya, “kupenggal kau kucinganjing!” lalu seorang wartawan memuatnya di koran: penggal! maka tibalah kata itu di benak siapa saja yang berniat membunuh atau menyakiti. dengan pisau, atau dengan kata-kata. sama saja!

5/

sebagai bagian tubuh, maupun sebagai kata. kepala-ku sudah merasa jijik untuk menampung nama bekas kekasih itu. semacam sampah. mungkin. semoga pemerintah bersedia menyiapkan tempat sampah yang layak bagi jenis sampah semacam ini. atau masukkan saja di tong sampah yang berwarna kuning jika kau punya: tong sampah anorganik, sulit didaur ulang. seperti bekas kekasih, ia hanya bisa dibuang, jauh dan amat jauh. jangan lupa, beri label di wajahnya, barang terlarang!

6/

tapi kau boleh memilih hal lain. jika kau merasa mau jadi Marcedes Herrera bagi Edmond Dantes. sila-tambah-kan. di dunia ini, Tuhan menciptakan banyak Fernand Mondengo kok! kujamin. siapapun yang jadi aku, atau Count of Monte Cristo bagimu, akan siap menjadikanmu sepotong kuku yang lepas jari-jemarinya, tanpa cairan merah, setetes pun!

7/

jika kelak kau kembali bertemuabba-mu, katakan bahwa “di suatu tempat yang tak kau kenalibernama Kolong di Layar Komputer, seseorang telah mengantarmu ke pabrik daurulang.” aku kasihan. aku hanya sedang mengawetkan mayatnya di sajakini, atau Kolong di Layar Komputer. sampaikan pula “jika kau inginbalas dendam, wasiatkan kepada anak-anakmu bahwa setanlah yangmelakukannya.”

8/

aku setanmu, Sayang (untuk malaikatyang membaca sajak ini). jika kau marah, kau boleh mengawetkanku juga.semoga kau tidak kehabisan air liur setelahnya. selain dariku, kau bisamendapatkan air liur dari mana saja! kau tahu? ada banyak air di sungai Poleang,atau di sungai Saddang, atau Jeneberang. kau hanya sisa meneguksekali dan berkata, setanG! kau akan kembali mendapati segumpal air liur tepatdi lidah sebelah kirimu.

9/

—mari katakan inna lillahiwa inna ilaihi raji’un sekali lagi, sebagai penutup sajak berantakan ini.rapalkan sekali lagi, dengan tartil. jika kau takut pindah agama karena kalimatitu, kau boleh menggantinya dengan jenis kalimat perpisahan yang telah kaukumpulkan seumur hidupmu.

10/

lapar? mau makan? jangan terlalu banyak memikirkan perut. karena perutlah yang membuat kita sama saja dengan binatang sundal! selamat tinggal. ehhh, aku tidak suka mengatakan ‘selamat tinggal’, itu kalimat yang bodoh. digunakan untuk berpisah tetapi malah memilih kata ‘tinggal’, kau mau tinggal atau pisah sih? ahhh, sampai jumpa! pakai itu saja.


Makassar, tanggalnya lupakansaja, 2019.

Maksud Lain Sesuatu

Maksud Lain Sesuatu

Andi Alfian

karena perpisahan adalah perjumpaan yang lain. aku takkan sedih, kekasih. berapa jarak antara pergi dan pulang jika tujuan telah bersahabat dengan pelukan?

karena pertemuan adalah perpisahan yang lain. aku takkan sedih, kekasih. berapa waktu antara lama dan segera jika kesibukan dipahat hanya untuk kita berdua?

karena maksud lain sesuatu, adalah kita. dan segala sesuatunya.

Makassar, 21 Juni 2019.

Mimpi Buruk Seorang Penyair (z)Alim dan Terkutuk

Mimpi Buruk Seorang Penyair (z)Alim dan Terkutuk

Andi Alfian

Suatu waktu—di subuh hari, seseorang datang kepadaku dengan tangan berdarah. Ia habis membunuh kekasihnya dengan belati. “Bagaimana mematahkan hati seseorang? Ajari aku cara melakukannya!” mohonnya sambil menyerahkan belati yang basah dan licin di tangannya. Kuraih belati itu, dan kutuliskan sajak cinta di dadanya:

belajarlah mematahkan hatimu sendiri
sebelum seseorang datang
mematahkannya—dan itu berarti,
tak akan ada lagi yang bisa kau patahkan sendiri,
selain kesedihan yang lebih dalam.

Setelah menulis sepenggal sajak itu dengan belati, darah mengalir tambah deras dari bekas luka kata-kata yang kubuat. Dan kuserukan kepadanya:“berwudulah dari air kata-kata yang terukir di dada kita, karena hanya dengan menempuh jalan itu, kita bisa mematahkan hati-hati: hati kita atau hati orang lain!”

“Bagaimana cara mematahkan hati seseorang?” tanyanya sekali lagi.

Kukumandangkan azan di ketiaknya, lalu kuserukan kebaikan sekali lagi “salat subuhlah selalu, sampai tubuhmu tua dan kau paham bahwa tidak ada hal yang paling kau benci selain ngantukmu yang tak kunjung menua. Kau akan patah hati. Tinggal tambah akhiran -kan dan kata orang lain: kau akan patahkan hati orang lain. Apa kau mengerti?

Kemudian bertobatlah ia dengan air mata merah di pipinya, sambil terisak.

Setahun setelahnya, kami bertemu kembali di rajang. Menidurkan ngantuk kita masing-masing yang menempuh jalan suluk. Rendah hatilah selalu ngantuk yang terkantuk-kantuk. Semoga kelak punya jodoh serupa: mimpi buruk dan terkutuk!

Makassar, 01 Mei 2019.