Cinta Buruk itu, Terbaik Untukku
blog one paragraphDua tahun sudah, cinta buruk itu berlalu. Setiap kali aku menyempatkan diriku untuk mengenang masa-masa itu, aku selalu merasa, cinta buruk itu benar-benar dahsyat. Dia, setiap kali aku mengenangnya, seolah-seolah berbisik kepadaku: "Sekali kamu menemukanku, kamu akan selalu mudah menemukanku. Satu-satunya kesulitanmu adalah melupakanku."
Barangkali, hingga waktu yang tidak dapat aku tebak, aku akan selalu bisa mengingat kenangan cinta buruk itu. Dengan menyebutnya sebagai cinta buruk tidak berarti bahwa aku membenci kenangan itu sepenuhnya. Bagaimana pun, cinta buruk itu telah mengajariku banyak hal tentang hidup. Sekarang, cinta buruk itu, perlahan-lahan, setelah menanggungnya dua tahun lebih, bisa aku terima sebagai bagian dari diriku.
Kenangan atas cinta buruk itu tidak lagi melukaiku dengan membangkitkan episode-episode yang menyakitkan, atau episode-episode yang membahagiakan tetapi telah hilang. Kenangan akan cinta buruk itu telah menjadi teman baikku, yang setiap saat mengingatkanku bahwa hidup sepenuhnya adalah segala yang mungkin menyakitiku, segala yang mungkin meninggalkanku, sehingga aku harus melapangkan dadaku selapang-lapangnya.
Aku akan menyukai kisah ini: cinta buruk itu, terbaik untukku!
Saya menulis ini sambil mengingat beberapa penggalan kalimat Kahlil Gibran: Jika kamu mencintai seseorang, biarkan dia pergi. Jika dia kembali, maka dia akan selalu menjadi milikmu. Jika tidak, dia tidak akan pernah menjadi milikmu.