Resensi Buku What Is Science Archie J Bahm

Resensi Buku What Is Science Archie J Bahm

Photo by Sincerely Media on Unsplash

Identitas Buku

Judul                : What Is Science
Penulis           : Archie J. Bahm
Tahun terbit     : 1980
Tebal halaman : 40 Halaman

Karya Archie J. Bahm “What Is Science” sebanyak 40 halaman yang dipublikasikan pada tahun 1980 ini dapat dikatakan refleksi kegiatan keilmuan dan juga membantu untuk memahami karakter dasar ilmu. Menurut Bahm, ada enam hal yang perlu diperhatikan dalam ilmu yaitu, problem, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan, dan efek.

Dalam buku What Is Science ini juga dijelaskan bahwa ilmu telah lama dikembangkan manusia dari jaman Yunani kuno sekitar abad VI SM, zaman modern hingga hari ini. Tapi pertanyaan apa itu ilmu? Selalu menarik untuk diperbicangkan, karena pertanyaan ini akan merefleksikan gerak maju ilmu itu sendiri sehingga jelas mana yang dikatakan ilmu, hasil-hasilnyan dan dampaknya kepada kita. Oleh karena itu, buku Arhie J. Bahm ini sangat rekomendasi untuk dibaca.

Buku Archie J. Bahm ini membahas secara gamblang tentang apa itu ilmu. Tentu pembahasan Achie J. Bahm ini sangat bermanfaat untuk dibaca khususnya untuk mendalami pengetahuan kita tentang filsafat pengetahuan. Isi buku ini diringkas seperti pembahasan berikut:

Menurut Archie J. Bahm suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai science harus memenuhi enam (6) komponen utama yakni masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh (efek). Untuk lebih jelasnya berikut adalah penjelasan dari enam (6) komponen tersebut:

Masalah

Dalam pembahasan masalah, Archie J. Bahm menjelaskan melalui bukunya ini bahwa tidak semua masalah dianggap ilmiah atau scientific. Suatu masalah dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi setidaknya 3 komponen yaitu communicability (dapat dikomukasikan), sikap ilmiah dan metode ilmiah.
Suatu masalah tidak dapat dikatakan ilmiah jika tidak dapat dikomukasikan. Misalnya seorang ilmuan yang menemukan suatu masalah dan kemudian menganalisisnya secara pribadi untuk jangka waktu yang lama dan tidak dikomukasikan dengan orang lain belum bisa dikatakan ilmiah. Suatu masalah dapat dikatakan ilmiah jika masalah itu dapat dikomukasikan.

Suatu masalah dapat dikatakan ilmiah harus juga mempunyai cara-cara atau sikap-sikap ilmiah (scientific attitude) dalam menghadapinya. Dan suatu masalah dapat dikatakan ilmiah jika dapat dilakukan dengan metode-metode ilmiah (scientific method). Sebaliknya, suatu masalah tidak dapat dikatakan ilmiah jika metode-metode ilmiah tidak dapat diterapkan padanya.

Sikap Ilmiah (Scientific Attitude)

Menurut Bahm pada bagian penjelasan ini bahwa sikap ilmiah yang dimaksudkan disini harus memenuhi 6 kriteria yaitu keingintahuan, spekulatif, kesediaan untuk bersikap objektif, berpandangan terbuka, kesediaan untuk menunda keputusan, dan tentatif (bersifat sementara).

a) Keingintahuan (curiosity). Keingintahuan ilmiah membahas tentang bagaimana sesuatu itu ada, bagaimana sifatnya, dan bagaimana hubungannya dengan dengan yang lain. Tujuan dari keingintahuan ilmiah adalah pemahaman. Keingintahuan ini selanjutnya akan berlanjut pada pencarian, penelitian, pengujian, eksplorasi, penjajakan dan eksperimen.

b) Spekulasi (spekulativeness). Spekulatif yang dimaksudkan adalah hubungannya dengan hipotesis. Hipotesis seorang ilmuan dimana dia harus dapat menerima kemungkinan pendapatnya tidak terima. Spekulasi ini memeng disengaja dan sangat diperlukan untuk mengembangkan suatu penelitian. Oleh karenanya spekulatif ini merupakan unsur esensial dari sikap ilmiah.

c) Kesediaan untuk bersikap objektif (willingness to objective). Kesediaan di sini adalah kesediaan untuk mengikuti keingintahuan ilmiah (scientific curiosity). Kesediaan utuk dibimbing oleh pengalaman dan penalaran, kesediaan untuk diubah oleh hasil-hasil penelitia ilmiah, kesediaan untuk mengakui kekeliruan dan bersedia melakuka perubahan (trial and error) untuk mencapai keberhasilan final, dan kesediaan untuk terus berusaha memahami objek atau masalah hingga dicapai suatu pemahaman (willingness to persist).

d) Berpandangan terbuka (open-mindednes), kesediaan untuk menerima saran-saran yang relevan, metodologi dan bukti yang berhubungan dengan suatu masalah.

e) Kesediaan untuk menunda keputusan (willingnes to suspendd judgement) hingga bukti-bukti dari suatu hipotesa benar-benar objektif bersedia untuk bersikap ragu-ragu. Oleh karenanya penundaan kesimpulan ini memerlukan kesabaran.

f) Kesediaan menerima bahwa semua kesimpulan ilmiah bersifat sementara (tentativity).

Metode

Metode ilmiah menurut Bahm ada satu atau banyak. Satu di sini dimaksudkan bahwa metode ilmiah adalah satu dan dapat dipakai dalam setiap bidang ilmu. Dan banyak adalah masing-masing bidang ilmu memiliki metode ilmiahnya sendiri, setiap masalah khusus memiliki metode ilmiahnya sendiri dan bersifat unik.

Dalam pembahasan metode, Archie J. Bahm menjelaskan bahwa ada lima langkah dalam metode ilmiah yaitu (1) kesadaran akan suatu masalah, (2) menguji masalah, dalam hal ini dimulai dari observasi masalah (seberapa penting masalah tersebut) hingga evaluasi dari masalah (mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang sebab-sebab masalah tersebut), (3) tawaran solusi, yakni berupa hipotesa-hipotesa yang relevan dengan masalah yang dibahas, (4) menguji solusi, mencakup dua hal yakni uji mental dan operasional. Uji mental membahas mengenai kaitan antara fakta dan teori ilmiah yang ada, kaitan masalah dengan bukti-bukti yang ada, hingga hasil uji dapat dikomunikasikan, sedangkan uji operasional di mana hasil uji dapat dipraktikkan atau ditunjukkan atau didemonstrasikan. (5) pemecahan masalah.

Aktivitas

Archie J. Bahm memaparkan bahwa ilmu adalah apa yang ilmuan lakukan dan apa yang ilmuan lakukan sering disebut sebagai “penelitian ilmiah” yang terbagi mejadi 2 aspek yakni individu dan sosial. Aspek individual di mana ilmu pengetahuan adalah suatu aktivitas yang silakukan oleh orang-orang tertentu, orang orang inilah yang disebut sebaai “ilmuan”. Sedangkan aspek sosial di mana ilmu pengetahuan melibatkan lembaga-lembaga ilmiah seperti unversitas-universitas, lembaga penelitian, pemerintah dan perusahaan.

Kesimpulan

Dalam bagian kesimpulan ini, Archie J. Bahm menjelaskan bahwa kesimpulan merupakan pemahaman yang dicapai sebagai hasil dari pemacahan masalah dan merupakan tujuan dari ilmu pengetahuan. Kesimpulan bersifat sementara (tentative) sesuai dengan sikap ilmiah yang telah dbahas sebelumnya. Suatu pengetahuan sebelumnya dapat menjadi batu pijakan unuk mengembangkannya.

Pengaruh (efek)

Dalam pembahasan ini Archie J. Bahm menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan dapat berpengaruh terhadap teknologi dan industri sebagai ilmu pengetahuan terapan (applied science) dan berpengaruh terhadap lingkungan sosial atau peradaban manusia. Ilmu terapan bisa jadi lebih berguna dan nyata dibandingkan ilmu murni. Misalnya ilmu tentang obat-obatan yang berguna dalam bidang kedokteran, maupun pembuatan-pembuatan stailess steel dalam industri lebih berguna dibanding ilmu matematika dan fisika. Secara historis, keberadaan lmu pengetahuan, tekhnologi dan industri telah mengikis dominasi agama (atau yudaisme, kristen dan islam). Pembagian dunia menjadi negara maju dan berkembang menimbulkan bagian besar dari perbedaan dalam pengaru ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap kondisi-kondisi sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kesehatan.

Bagian ini dilanjutkan dengan pembahasan pada kebenaran yang dicoba diungkapkan secara mendalam dengan tidak terlalu menghiraukan aspek kegunaannya praktis menghasilkan pengetahuan yang disebut ilmu. Pengetahuan itu diungkapkan atas dasar rasa ingin tahu semata-mata untuk sampai memperoleh kejelasan tentang mengapa demikian atau apa sebabnya harus demikian. Pengetahuan di dalam ilmu berusaha mengungkapkan keseluruhan aspek dalam obyeknya, sehingga tidak sekedar memperhatikan kegunaannya saja. Oleh karena itu, walaupun tampaknya tidak berguna, suatu objek masih diselidiki dan diungkapkan dengan mencari sebab yang terdalam tentang obyeknya berdasarkan pengalaman dan alasan-alasan yang masuk akal. Kebenarannya dicari dan dibuktikan melalui persentuhan indra dengan alam sekitar untuk menerangkan mengapa obyeknya demikian atau apa sebabnya obyek tersebut harus demikian. Sejalan dengan uraian tersebut ilmu dapat didefinisikan secara sederhana sebagai deskripsi data pengalaman yang secara lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan yang dinyatakan dalam rumusan yang sesederhana mungkin.

Ilmu selalu mulai dari sesuatu yang kongkrit atau sesuatu yang dapat diamati dan bersifat individual atau khusus. Selanjutnya dengan bantuan kemampuan berfikir yang dapat melampaui batas waktu dan ruang dan statistika, ilmu dapat sampai pada sesuatu yang abstrak dan bersifat umum. Untuk itu demi obyektivitas ilmu yang diungkapkan, orang harus bekerja dengan cara-cara dan sikap secara ilmiah. Sifat ilmiah di dalam ilmu dapat diwujudkan apabila mempunyai obyek, karena kebenaran yang henda diungkapkan dan dicapai adalah persesuaian antara yang diketahui dengan obyeknya.

Selanjutnya Archie J. Bahm juga menjelaskan bahwa berdasarkan perbedaan obyek formal itu, ilmu dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar berikut:

Ilmu yang obyeknya benda alam dengan hukum-hukumnya yang relatif bersifat pasti dan berlaku umum disebut ilmu alam. Obyeknya adalah fakta-fakta alam yang tidak dipengaruhi oleh manusia. Di samping itu karena hasilnya dirumuskan sebagai kepastian, maka disebut juga ilmu pasti atau ilmu eksakta.

Ilmu yang obyeknya dipengaruhi oleh manusia termasuk juga manusia itu sendiri, sehingga hukum-hukumnya tidak sama dengan hukum-hukum alam karena bersifat secara relatif kurang pasti disebut ilmu sosial. Bukti kebenaran ilmu ini tidak dapat direplikasi karena dalam setiap replikasi selalu terdapat perubahan.

Lebih lanjut dalam buku ini juga Archie J. Bahm menuliskan tujuan dasar dari ilmu ialah teori yang dapat menjelaskan fenomen-fenomen alamiah. Pembahasan tentang tujuan dasar ilmu pengetahuan ini mungkin dipandang asing atau aneh oleh para calon ilmuwan (mahasiswa), yang barangkali sudah tertanam dalam mindset-nya suatu gagasan bahwa kegiatan ilmiah manusia harus membuahkan hasil yang nyata yang setimpal di bidang praktis. Akan tetapi perlu dimengerti oleh berbagai kalangan, bahwa tujuan dasar ilmu bukanlah perbaikan kehidupan umat manusia, melainkan teori. Sayangnya bahwa pernyataan tersebut sungguh-sungguh tidak mudah dipahami. Para praktisi, yang umumnya bukan ilmuwan, memandang ilmu sebagai suatu disiplin atau kegiatan yang ditujukan pada perbaikan segala sesuatu pada kemajuan segala sesuatu.

Kelebihan dan Kekurangan Buku

  1. Kelebihan

Buku ini menjelaskan dengan secara jelas dan mudah dipahami tentang “What Is Science”, atau tentang apa itu ilmu, tentunya dengan syarat harus menguasai atau bisa berbahasa Inggris sebab buku ini berbahasa Inggris. Buku ini sangat tepat dijadikan referensi untuk mengkaji bidang epistemologi khususnya pada topik apa itu ilmu.

Selain itu, kelebihan yang juga dimiliki buku ini adalah buku ini tidak hanya sekadar bisa dibaca oleh mahasiswa filsafat atau mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari fakultas filsafat, ilmu sosial dan budaya, namun juga bagi mahasiswa-mahasiswa sains serta mereka yang berminat dalam kajian filsafat dan epistemologi.

  1. Kekurangan

Kekurangan buku ini diantaranya adalah buku ini berbahasa Inggris sehingga menyulitkan para pembaca yang tidak menguasai atau belum bisa berbahasa inggris dengan baik. Dengan demikian, buku ini butuh diterjemahkan terlebih dahulu bagi pembaca yang belum menguasai bahasa asing khususnya bahasa inggris. Selain itu, buku ini juga sulit untuk di dapatkan di toko buku karena tidak dicetak lagi sehingga buku ini hanya bisa diperbanyak dengan sistem fotokopi. Akibatnya buku ini sulit untuk dibaca dengan kondisi fotokopi yang kurang jelas.

Sebagai penutup dari resensi ini, saya ingin merekomendasikan buku ini untuk dibaca bagi pembaca yang ingin memahami apa itu ilmu. Tentunya buku ini akan bermanfaat bagi pelajar maupun mahasiswa yang ingin mengetahui lebih dalam apa itu ilmu dalam lingkup filsafat ilmu atau epistemologi. Serta buku ini layak untuk dijadikan sebagai bahan referensi bagi pembaca yang ingin menulis tentang What Is Science dalam pandangan filsafat ilmu.

Load comments