Besok Ngampus, Cari Mampus
Filsafat Gumam Kampus Mahasiswa UIN Alauddin Makassar“Jika kau ke kampusku – jika kau ke kampusku – jika kau ke kampusku,” lidahmu akan kaku jika kau membaca kalimat itu terburu-buru, atau kau telungkup dulu di bawah tungku, atau kepalkan tangan kirimu dan masukkan ke mulutmu lalu eja kembali kalimat itu. Bagaimana? Berhasil bukan?
Kujamin berhasil, karena saat menulisnya, aku berdoa sebanyak dua puluh kali dua puluh (tidak usah memikirkan hasilnya berapa) bahwa semoga semua orang yang membaca kalimat itu, dapat mengalami keguguran, gugup, seperti gonggongan anjing penjaga gubuk, gugug! Semoga kau tergugu. Gugulah dengan teguh.
Maafkan pembukaan yang bodoh itu, aku sengaja menulisnya agar kau mengerti bahwa tulisan ini dibuat untuk menyalurkan kebodohanku sendiri. Kutegaskan, tidak ada yang ingin kusampaikan di tulisan ini, selain bukti kebodohanku atau hanya untuk mengantarkanku pada mimpi buruk saat aku tertidur. Jika kau sedang membacanya, kau hanya sedang membuang separuh waktumu, juga aku.
Bahwa besok adalah Senin, besoknya Selasa, lalu Rabu, jadi aku harus istirahat di Ahad malam ini lebih awal. Besok aku ke kampus, semoga semua mahasiswa termasuk aku bisa cuti kuliah karena alasan apa saja, semoga besok ada keajaiban sehingga semua mahasiswa tidak lagi kuliah.
Atau aku punya ide, bagaimana kalau kampus kita bakar saja? Setelah itu, semua mahasiswa akan sibuk mencari koran untuk membaca berita tentang seorang Rektor di sebuah Universitas yang alim menangis dengan air mata palsu karena tidak sempat melihat meja di ruangannya sebelum habis dilahap api.
Setidaknya, peristiwa semacam itu bisa membuat koran-koran di pinggir jalan laris manis. Atau, malah koran lokal yang punya kolom puisi bisa memuat puisi-puisi yang lebih berisi seperti puisi yang berjudul Kampusku Kebakaran, Aku Senang Sekali!
Ohya, jika kau mahasiswa, besok jangan lupa ke kampus, bawa dua korek, lebih juga tidak apa-apa. Kau akan ikut sama-sama membakar kampus kita, bukan? Jangan pernah berpikir bahwa ini lucu, karena tindakan berjamaah semacam ini adalah ibadah yang pahalanya melebihi pahala ibadah haji tiga kali di Gunung Bawakaraeng.
Jika kau berniat bergabung, hanya satu pesan, jangan lupa patahkan lidahmu terlebih dahulu agar kita bisa melakukannya tanpa banyak menghabiskan air liur. Sudah cukup banyak air liur yang dihabiskan oleh para dosen di dalam kelas, dan itu tidak pernah cukup untuk membuat kita semakin tolol.
Tapi, kusarankan agar kau tak berniat sama sekali untuk melakukannya. Jangan kecewa padaku, aku sudah ingin tidur. Selamat malam!