Cinta itu Gila dan Irasional
Alex Gray Buku Gumam Mark Manson Milan Kundera Plato Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat Simposium The Subtle Art of Not Giving a Fuck The Unbearable Lightness of Being Womanizers Zeus
Kemarin saya menjelajahi lemari buku Mark Manson di rumah pribadinya. Saya menemukan dokumen menarik dan membacanya. Dokumen tersebut berkisah tentang segala hal yang bijak dalam dunia hubungan kekasih dan seksualitas. Dari banyak hal yang saya baca, saya ingin menuliskan satu perihal yang menandakan bahwa saya punya oleh-oleh yang bisa saya bawa pulang ke rumah saya sendiri. Dan oleh-oleh ini saya peruntukkan untuk tamu saya yang telah dan atau akan berkunjung ke rumah saya, hari ini dan esok hari.
Sebenarnya ada banyak hal yang memengaruhi isi kepalaku dari Mark Manson. Tapi biarlah. Jika kalian penasaran siapa Mark Manson bacalah buku pertama yang berjudul The Subtle Art of Not Giving a Fuck. Buku yang tahun ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.
Dalam dokumen yang saya temukan itu, Mark Manson mengutip Milan Kundera perihal pria pecinta wanita (womanizers). Menurut Milan Kundera dalam buku The Unbearable Lightness of Being, ia berpendapat bahwa ada dua jenis pria pecinta: Pertama, pria yang mencari wanita yang sempurna dan tidak pernah dapat menemukannya. Kedua, pria yang meyakinkan diri bahwa setiap wanita yang mereka temui sudah sempurna.
Dari dua jenis tersebut, Milan Kundera memberikan indikasi pada kita (para pria pecinta) untuk memilih antara membuat pasangan kita menjadi sempurna dengan “memperbaiki” atau mengubahnya. Ataukah memilih menipu diri kita sendiri dengan pikiran bahwa pasangan kita sudah amat sempurna.
Saya pikir, bagi yang memahami, pasti akan memilih pilihan yang kedua dari kedua pilihan tersebut: memilih berjalan bersama seseorang yang memiliki kekurangan dan saling menyempurnakan.
Pilihan itu lahir dari beberapa pertimbangan: Pertama, setiap orang memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan. Kedua, tidak ada seorang pun yang bisa memaksa orang lain untuk berubah.
Ukuran yang paling tepat untuk perasaan cinta kita pada kekasih adalah bagaimana perasaan kita terhadap kekurangannya. Jika kita menerima atau bahkan mencintai kekurangannya dan juga sebaliknya dia menerima dan mencintai kekurangan kita maka itu tanda keintiman sejati.
Tidak ada keintiman sejati selain penyatuan diri. Saling menyempurnakan pada kekurangan. Sebagaimana sejarah manusia yang digambarkan dalam bentuk mitos oleh Plato dalam bukunya Simposium. Plato menulis bahwa manusia pada awalnya berkelamin dan utuh. Tidak ada pria atau wanita melainkan mereka satu. Mereka tidak merasa kekurangan, tidak ada ketakutan, dan mereka kuat, sangat kuat sehingga mereka bangkit dan menantang para dewa, melawan pencipta mereka sendiri.
Karena perihal kekuatan dan ketangguhan ini, menimbulkan masalah bagi para dewa. Namun di sisi yang lain para dewa tidak ingin benar-benar menghapus umat manusia karena mereka tidak akan memiliki makhluk yang bisa dikuasainya. Sehingga salah satu keputusan yang diambil oleh dewa Zeus adalah membagi manusia menjadi dua.
Setiap manusia menjadi dua: seorang pria dan seorang wanita. Ia semacam hukuman kepada manusia atas pembangkangan mereka. Hukuman untuk menghabiskan eksistensi fana yang amat singkat hanya untuk mengembarai dunia mencari separuh dari dirinya yang lainnya. Itulah manusia, sepotong dan setengah jiwa yang akan membuat mereka merasa utuh dan kuat lagi.
Inilah yang seharus dicari oleh dua jenis manusia: pria dan wanita, yakni mencari keutuhan dan kesempurnaan. Tapi yang perlu diperhatikan adalah keutuhan atau keintiman sejati ini datang bukan dari pertemuan dua kesempurnaan, tapi dua ketidaksempurnaan yang dipertemukan.
Mark Manson juga mengutip Alex Gray, seorang seniman yang pernah mengatakan bahwa, “Cinta sejati adalah ketika dua patologi manusia saling melengkapi satu sama lain.” Cinta, menurut definisi itu: bermakna gila dan irasional. Dan cinta terbaik bekerja ketika irasionalitas kita saling melengkapi satu sama lain dan kekurangan kita saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain.
Mungkin saja kesempurnaan atau kelebihan kita yang menarik satu sama lain. Tapi tetaplah, ketidaksempurnaan kita yang memutuskan apakah kita tetap langgeng bersamanya atau tidak. Maka sebagai akhir, cintailah kelemahan, kekurangan dan ketidaksempurnaan pasanganmu!