Aku Serupa Manusia Kodok di Novel Paulo Coelho

Aku Serupa Manusia Kodok di Novel Paulo Coelho


Aku manusia, bukan kodok. Tapi aku merasa seperti kodok. Kodok yang diungkapkan oleh Igor kepada Olivia dalam novel Paulo Coelho, Sang Pemenang Berdiri Sendiri. Aku seperti kodok yang terdiam dalam panci berisi air dingin yang semakin hari semakin panas. Dipanaskan oleh api egoisme di atas kompor kehidupan.

Tapi anehnya, aku mampu menyadari itu. Karena memang aku bukanlah kodok, yang tak mampu menyadari diri. Meski aku bukan kodok, tapi aku memiliki kesamaan dengan kodok. Sama-sama dapat melompat. Kodok dapat melompati jarak untuk perjalanannya, namun aku melebihi itu. Aku ingin melompati batas-batas keterbatasanku.

Aku hanyalah manusia terbatas. Aku tidak bisa seutuhnya menjadi kodok, yang menikmati hidup tanpa dosa. Aku juga tidak bisa menjadi Tuhan, yang tanpanya kehidupan akan tiada. Meski seringkali terdengar bahwa Tuhan Telah Mati. Tapi aku tak peduli itu, karena aku penuh keterbatasan.

Lantas cara mana yang harus kutempuh tuk melumpuhkan keterbatasan? Haruskah aku menjadi kodok? Ataukah menjadi Tuhan yang hanya sekadar berkedok? Hidup manusia memang bukan sekadar tentang kodok, tapi berkedok. Lihatlah di sana penuh dengan penindasan yang memperkedok kesejahteraan. Mungkin kau tak peduli itu. Karena kau serupa kodok, tak sadar diri.

Aku sendiri, ingin menjadi kodok. Kodok yang sadar diri. Bukan kodok yang sekadar bisa melompat, namun juga dapat terbang melayang. Melayang-layang dalam cakrawala bayang tanpa batas. Di sanalah aku bisa berjumpa denganmu, wahai para bayang-bayang kebebasan dan kemanusiaan. Bayang-bayang yang kian hanya terbayang di benak para manusia malang. Aku terbang dalam bayang keterbatasan.

Photo by Eva Blue on Unsplash
Load comments