5 Puisi Rindu yang Jeleknya Minta Ampun
blog poems5 Puisi Rindu yang Jeleknya Minta Ampun
Photo by Aaron Burden on Unsplash |
Rindu Semakin Mencekam
berhari-hari, berbulan-bulan
rindu yang terpendam semakin tebal
seperti akar pohon yang semakin kekar
memberikan kehidupan serangga yang tentram
dan juga harapan yang melegakan
kini…
aku tak lagi cermat menjalani hari-hari
lagu di radio berdendang tak kuhirau
burung berkicau di cakrawala tak kuberi arti
percik lembut sang hujan tak kurasa
kehangatan mentari tak kuberi makna
segalanya yang mengagumkan kini kehilangan daya
dicerabuti oleh rinduku yang semakin cekam
kini rindu telah lupa cara bergengsi
dan hanya ingat cara bermurah hati
jiwaku kini terjangkiti
seperti kehampaan gula dalam secangkir kopi
aku bukanlah penikmat kopi
seperti mereka menikmati kopi di malam hari
aku bukan pula penikmat susu
seperti mereka menikmati susu di pagi hari
tapi,
aku hanyalah penikmat rindu
dan bagiku, rindu selalu saja paling nikmat di malam dan di pagi hari!
Bombana, 2016.
Rindu Telah Mati
rindu
ucapannya sayu
matanya murung
wajahnya muram
tubuhnya meranggas
rindu
kini semakin sayu
rapuh, serapuh lilin
dalam gelap, rindu menemukan ajalnya
karena bosan merindu
Bombana, 2016.
Aku Mati Karena Rindu
aku mengira, rindu telah mati
padahal, akulah yang mati
terbunuh olehmu yang kunanti
memang berkali-kali
ajal selalu menghampiri
meski aku menolak dan berlari
bersamamu kuingin berlari-lari
dalam sunyi, sepi berlari bersamamu dan itu kudapati
kau ternyata memilih sepi, sunyi, dan pergi!
Bombana, 2016.
Aku, Rindu dan Mati
aku mati
rindu jua telah mati
karena aku, rindu, dan mati
merindu pada dirimu sampai mati.
Bombana, 2016.
Rindu dan Hampa
aku merindu
karena merasa hampa!
maka izinkanlah puisi ini juga hampa dari makna
seperti aku hampa darimu, dara.
Bombana, 2016.